obrolan waroeng kopi

Aku pernah ngobrol dengan seorang laki-laki tua. Obrolan tentang ulang tahun.

Laki-laki tua itu bilang, “Saya heran dengan pemikiran orang-orang tentang ulang tahun dan hadiah ulang tahun.”

Karena aku belum “ngeh” dengan maksud laki-laki tua itu, aku diem aja. Kemudian laki-laki tua itu melanjutkan, “Pas ulang tahun, anak-anak pada ngotot minta hadiah ke orang tuanya. Mainan, hp, motor atau bahkan mobil.”

Aku pun nyeletuk, “Ah, kalau minta motor atau mobil itu mah bukan anak-anak.” Laki-laki itu hanya tersenyum, tapi senyumnya penuh ketidaksetujuan dengan apa yang aku katakan.

“Kita lahir ga langsung bisa berdiri, apalagi berjalan atau berlari, apalagi makan dan mencari makan sendiri. Untuk menjadi kenyang perut kita, bertahun-tahun kita hanya membuka mulut, mengunyah dan menelannya. Dan itu yang kita lakukan setiap hari selama bertahun-tahun tanpa tahu dan mau peduli bagaimana makanan dan minuman itu sampai ke mulut dan perut kita. Orang tua kitalah yang membantu kita menjadi seperti sekarang ini, hidup. Hidup melewati tahun demi tahun. Kemudian, pada saat ulang tahun kita minta kado, hadiah ulang tahun ke orang tua kita. Apakah tidak terbalik? Bukankah kita yang harus memberikan hadiah ulang tahun ke orang tua kita pada saat ulang tahun kita? Walaupun hanyalah sebuah songkok dan kerudung murahan, hadiah ulang tahun apapun yang kita berikan ke orang tua kita pada saat ulang tahun kita dengan penuh ketulusan, pastilah akan menjelma menjadi mahkota emas di kepala kedua orang tua kita dan menjadikan begitu berharganya orang tua untuk kita. Sayangnya saya sudah menjadi yatim piatu sejak usia 8 tahun”.

Aku ga punya kemampuan lain saat itu kecuali: diam.