- Back to Home »
- Negara Imposible , Politik »
- Negara Imposible
2/4/12
"Jadi bikin negara?"
"Negara imposible..."
Di atas adalah narasi yang ada dalam lagu "Negara" yang dinyanyikan oleh Iwan Fals sebelum masuk intronya.
Negara harus bebaskan biaya pendidikan/Negara harus bebaskan biaya kesehatan/Negara harus ciptakan pekerjaan/Negara harus adil tidak memihak
Itulah tugas negara/Itulah gunanya negara/Itulah artinya negara/Tempat kita bersandar dan berharap
Kenapa tidak ?/Orang kita kaya raya/Baik alamnya/Maupun manusianya/Dan ini yang kita pelajari sejak bayi/Hanya saja kita tak pandai mengolahnya
Oleh karena itu bebaskan biaya pendidikan/Biar kita pandai mengarungi samudera hidup/Biar kita tak mudah dibodohi dan ditipu/Oleh karena itu biarkan kami sehat/Agar mampu menjaga kedaulatan tanah air ini
Negara, negara/Negara harus seperti itu/Bukan hanya di surga di duniapun bisa
Negara, negara/Negara harus begitu/Kalau tidak bubarkan saja/Atau ku adukan pada sang sepi
Negara harus berikan rasa aman/Negara harus hormati setiap keyakinan/Negara harus bersahabat dengan alam/Negara harus menghargai kebebasan
Itulah tugas negara/Itulah gunanya negara/Itulah artinya negara/Tempat kita bersandar dan berharap/Selain Tuhan
Provokatif? Ga jugalah.. Lagu di atas bisa dikatakan sebuah cita-cita. Utopis? Jika membicarakan sesuatu itu utopis atau tidak, relatif, bagaimana yang memiliki "cita-cita" itu menampilkan usaha nyatanya.
Enak betul jadi pemerintah di negeri ini. Pemerintah sepertinya tak perlu repot-repot mengatur negara. Ibarat pesawat yang bergerak dengan autopilot, negara ini dapat berjalan otomatis tanpa pemerintahan. Itulah kritik tajam yang ditujukan kepada pemerintahan Yudhoyono, yang dirumuskan dengan singkat sebagai negeri autopilot. Ambil contoh pertumbuhan ekonomi pada 2011 yang mencapai 6,3%. Menurut para pengkritik, pemerintah tidak perlu berbuat apa pun alias tidur-tidur saja untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu. Pertumbuhan sebesar itu dapat diraih dengan autopilot. Buktinya pemerintah tidak berbuat hal yang signifikan menyangkut infrastruktur, tetapi toh negara ini mendapat apresiasi investment grade. Pertumbuhan ekonomi 8% harusnya bisa dicapai jika negeri ini memang punya pilot, alias punya pemimpin. (Sumber)
Ngobrolin negara, saat ini muncul istilah negara autopilot. Saya jadi teringat ketika saya nonton salah satu film action (judulnya lupa) dengan setting di pesawat terbang yang pada suatu ketika pilot dan co-pilotnya harus meninggalkan kemudi pesawatnya. Sebelum meninggalkan kemudi pesawat, sang pilot melakukan setup kemudi menjadi autopilot. Jika memang negara Indonesia saat ini dianggap negara autopilot lalu kemana sang pilot? Memang benar-benar tidak ada di belakang kemudi, meniadakan diri atau sudah pantas dianggap tidak ada?
Seorang dosen filsafat UI dengan pendekatan deduktif nya menggambarkan negara Indonesia sebagai "Negara Tanpa Nahkoda". Berbagai komparasi diajukan, salah satunya adalah gembar-gembornya pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,3% dengan kondisi faktual yang kontradiktif, masih adanya buruh dengan gaji di bawah UMR. Dalam obrolan "Headline News" di Metro TV, dosen itu juga sempat melakukan komparasi antara SBY dengan Bung Karno dan Gus Dur. Komparasi ini benar-benar terasa dengan berani tidaknya seorang nahkoda tampil di depan. Konsep-konsep SBY tentang bagaimana memajukan Indonesia lebih berkesan sebagai retorika semata. Sementara 2 nahkoda lainya, berani tampil di depan.
Hermawan Sulistyo (pengamat politik) -- dalam acara yang sama -- dengan pendekatan yang sebaliknya (induktif) bahkan menantang untuk menghasilkan bukti empirik dengan mencutikan 3 bulan, presiden dan kabinetnya serta seluruh anggota DPR. Dengan memberikan cuti 3 bulan ini, sang pengamat berani memastikan dalam 3 bulan tersebut pertumbuhan ekonomi akan meningkat pesat. Mau tidak mau saya tersenyum... Dengan tantangan ini, paling tidak sudah menggambarkan bahwa presiden dan DPR sudah masuk ke stadium 4 disfungsional. Tanpa mereka tidak ada masalah, bahkan bisa menjadikan negara ini lebih baik.
Nah, jika memang sudah tidak ada fungsinya, bahkan berkesan distruktif, ya... bubarkan saja.
Labels
5000 perak
abg hamil
Agama
Anti korupsi
Apa jadinya jika WTS menjadi PSK?
AU dan AS
Bis Kota
bispak
Bisri Kudus
bisyar
Buka-bukaan
busway
cewe
Cowo
cowo idaman
Detil
Dijual
Doa
DPR
DPR ohh... DPR
Eh... Ketemu Lagi
Email
Email dari Seorang Teman
EYD
Gantungkan Cita-citamu Setinggi Monas
Gila
Gila Aburizal Bakrie Nikmati Adegan Zina Nikita Mirzani
Gila Penuh
Hadiah Ulang Tahun
Hati-hati Pria Ini Masturbasi di Busway
Hatta Kritik Jokowi Yang Hanya Cuma Bisa Blusukan
Hukum
Ibu Negara
Inilah Janji Basi Jokowi
Istana Sebut Ahok Sakit Jiwa
Jablay
Jangan Pernah Merasa Salah jika Mempunyai Rasa Malu
Jokowi + Ahok
Jurus Merayu
Kakek-Kakek Najis
Kebenaran
KIAT
Kopaja
Korupsi
Kriminal
Lain-Lain
Laki-Laki
Lucunya Negeri Ini
Mahadewa Racuni Remaja
Malangnya Nasib Anak-Anak
Malaysia Racuni Indonesia
Menanti Kebutaan Dewi Keadilan di Indonesia
Mengukur Validitas Presiden Polling
Menyatunya Gula dan Kopi
Merayu Cewe
MINE BUSINESS
Narkoba dan Karma
Negara Imposible
Oknum Polisi yang Terlibat Perbudakan Harus Dihukum
Pejabat
pelacur
Pelajar Muhammadiyah Minta Presiden SBY Pecat Mendikbud
pembunuhan
pemerkosaan
Pendidikan
Pengamen
Perbedaan Antara PKS dan PSK
Perbedaan antara Sutan Batugana dan Mat Solar
Perempuan
PKS Partai Koalisi SBY
Polantas
Polantas Sang Spekulan Sejati
Politik
Renovasi Toilet DPR
Satrio Piningit
Saya tidak percaya dengan agama
SBY dan Peti Mati
Setan
sex bebas
Singkirkan Sekulerisme Tegakkan Ketakwaan
single
Spekulan Sejati
Suara Demokrat TERJUN BEBAS
Sujiwo Tejo
Syi'ah
tapi percaya dengan Tuhan
Tawuran Antarpelajar dan Pemerkosaan
Toilet
Wakapolri Ngaku Ada Korupsi di Kepolisian